MATARIAU.COM – Anak angkat Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heriawan, gajah Tari telah mati yang membuat jenderal bintang 2 itu merasa kehilangan.
Dengan hati yang berat dan penuh keikhlasan, ia turut sedih atas kepulangan Tari ke pangkuan alam semesta.
Kata Kapolda, Tari bukan sekadar seekor gajah, ia adalah simbol keseimbangan alam yang semakin rapuh di tengah arus pembangunan.
“Ia adalah suara hutan Tesso Nilo yang semakin menyempit. Dan kini, kepergiannya menjadi pengingat bahwa hubungan kita dengan alam bukanlah hubungan penguasa dengan yang dikuasai, melainkan hubungan saling menjaga dan menghormati,” ungkapnya.
Dalam filosofi Yunani kuno kata Herry, kematian bukanlah akhir, melainkan transformasi. Jiwa Tari kini menyatu dengan semesta, menjadi energi yang akan terus menginspirasi kita untuk menjaga kelestarian hutan dan satwa liar yang semakin terancam.
“Sebagai orang tua angkatnya, saya merasakan kehilangan yang mendalam. Namun, saya percaya bahwa Tari tidak benar-benar pergi,” jelasnya.
Ia hidup dalam komitmen kita untuk terus menjaga hutan Tesso Nilo. Ia hidup dalam setiap pohon yang kita tanam. Ia hidup dalam kebijakan ‘Green Policing’ yang terus kita kembangkan.
“Saat ini, tim dokter hewan sedang melakukan nekropsi untuk memastikan penyebab kematian Tari. Apapun hasilnya nanti, kita harus menerimanya dengan lapang dada dan menjadikannya pelajaran untuk perlindungan satwa yang lebih baik ke depan,” tukasnya.
Kepada Domang, sahabat Tari yang masih berjuang di Tesso Nilo, ia berjanji akan terus menjaganya dan habitatnya.
“Kepada masyarakat Riau, mari kita jadikan kepergian Tari sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kita dalam menjaga keseimbangan alam,” pungkasnya.