PEKANBARU – Di tengah riuh persiapan demonstrasi besar di depan Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau, Kamis (20/11/2025), sebuah momen tak biasa mencuri perhatian massa.
Sebelum teriakan orasi menggema dan sebelum spanduk tuntutan diangkat tinggi-tinggi, dua polisi wanita Polresta Pekanbaru Bripda Afifah dan Bripda Nela tiba-tiba maju ke depan barisan.
Bukan untuk mengatur kerumunan, keduanya justru berdiri tegap untuk menjadi konduktor lagu Indonesia Raya.
Dengan gerakan tangan tegas namun lembut, mereka memimpin ratusan peserta aksi menyanyikan lagu kebangsaan dengan khidmat.
Sesaat itu, suasana yang semula dipenuhi hiruk-pikuk persiapan berubah hening.
Massa yang masih sibuk menyusun barisan mendadak berhenti, berdiri tegak, dan mengikuti aba-aba dua polwan muda tersebut.
Suara Indonesia Raya menggema kuat di jalan raya, menyatukan aparat dan demonstran dalam satu ruang kebangsaan.
Beberapa peserta aksi terlihat mengabadikan momen haru tersebut.
Ada yang berdiri sambil mengepalkan tangan di dada, ada yang menatap kagum, dan ada pula yang tersenyum bangga melihat pemandangan langka itu.
Momen singkat namun bermakna ini menjadi jeda hangat di tengah tensi demonstrasi.
Aksi yang semula dijadwalkan dimulai pukul 10.00 WIB akhirnya dipercepat menjadi 08.30 WIB, karena massa sudah memadati lokasi sejak pagi hari.
Belasan bendera Merah Putih dikibarkan, mengiringi orasi dari berbagai kelompok masyarakat yang menyuarakan persoalan seputar tata kelola hutan dan lahan di Riau.
Tuntutan Forum Masyarakat Korban Tata Kelola Hutan – Pertanahan
Koalisi Masyarakat untuk Marwah Riau (Kommari) membawa tuntutan yang ditujukan langsung kepada pemerintah pusat.
Mereka meminta Presiden RI menghentikan seluruh aktivitas Satgas PKH, PT Agrinas, dan KSO-nya di Riau, serta mendesak pelibatan pemangku adat dalam proses pengukuhan kawasan hutan.
Kelompok ini juga menuntut penghormatan terhadap lahan ulayat adat, yang dinilai kerap tumpang tindih dengan izin perusahaan besar.
Aksi ini menjadi bentuk perlawanan atas sejumlah tindakan Satgas PKH, termasuk penyitaan kebun warga yang disebut dialihkan kepada PT Agrinas Palma Nusantara.
Untuk menjaga situasi tetap kondusif, Polresta Pekanbaru mengerahkan 1.321 personel gabungan dari kepolisian teritorial, Satpol PP, hingga bantuan personel dari sejumlah polres, termasuk Pelalawan.
Rekayasa lalu lintas diberlakukan sejak pukul 04.30 WIB.
“Sejak subuh kita sudah melaksanakan pengaturan lalu lintas, sehingga saat aksi dimulai insyaallah berjalan lancar,” ujar Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Jeki Rahmat Mustika.
Meski aksi diwarnai tuntutan keras, spanduk besar, dan suara lantang orator, momen yang dibawakan Bripda Afifah dan Bripda Nela tetap menjadi sorotan utama.
Dalam kerumunan ribuan orang, keduanya menghadirkan pengingat bahwa perbedaan suara tetap berada di bawah payung Merah Putih yang sama.
Sebuah jeda kecil.
Namun sarat makna.
Dan mungkin, justru itulah yang paling diingat dari aksi besar hari itu.





