PEKANBARU – Dunia jurnalistik Riau berduka mendalam. Seorang jurnalis muda berbakat, penuh dedikasi, dan berintegritas tinggi, Muhammad Syukur, berpulang ke Rahmatullah pada Jumat malam (10/10/2025) pukul 21.00 WIB di RS Awal Bros A. Yani, Pekanbaru.
Kabar duka ini menyebar cepat di kalangan wartawan dan komunitas media.
Syukur dikenal sebagai pribadi santun, rendah hati, serta memiliki kepedulian besar terhadap isu-isu sosial dan kemanusiaan.
Jenazah almarhum telah dibawa ke rumah duka di Bangkinang, Kabupaten Kampar, dan dimakamkan di kampung halamannya.
Muhammad Syukur dikenal melalui karya-karya humanis yang menyuarakan aspirasi masyarakat kecil.
Ia tak hanya menulis berita, tapi juga menghidupkan nilai empati dan keadilan dalam setiap tulisannya.
“Kami kehilangan sosok jurnalis berdedikasi tinggi. Syukur bukan hanya rekan kerja, tapi juga sahabat yang selalu bisa diandalkan. Karyanya menjadi inspirasi bagi kami semua,” ungkap Rizano Fany, rekan seprofesi sekaligus sahabat dekat almarhum, dengan suara bergetar.
Rekan-rekannya mengenang Syukur sebagai sosok yang tidak pernah mengeluh, bahkan dalam tekanan pekerjaan.
Ia selalu hadir di lapangan, menulis dengan hati, dan menjaga idealisme profesi hingga akhir hayatnya.
Bahkan, beberapa bulan sebelum tutup usia, Muhammad Syukur sempat menorehkan prestasi membanggakan.
Ia dinobatkan sebagai Penulis Terbaik dalam Lomba Karya Jurnalistik yang digelar Polda Riau.
Karyanya yang mengangkat kisah humanis aparat dan masyarakat dinilai kuat secara narasi, menyentuh sisi kemanusiaan, dan mencerminkan jurnalisme yang berimbang.
Penghargaan tersebut menjadi bukti nyata atas kualitas dan dedikasi almarhum dalam dunia jurnalistik sebuah pencapaian yang kini menjadi kenangan berharga bagi rekan-rekannya.
“Kemenangannya saat itu bukan hanya soal penghargaan, tapi cerminan betapa dalamnya kepedulian Syukur terhadap nilai kemanusiaan,” ujar Ihsan salah seorang rekan yang turut hadir di pemakaman almarhum.
Ucapan belasungkawa mengalir deras dari berbagai kalangan, mulai dari sesama wartawan hingga pejabat dan komunitas masyarakat.
“Berita-berita yang ditulis Syukur selalu menyentuh hati. Ia menulis dengan nurani. Semoga amal baiknya diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tutur Santi, rekan jurnalis di Pekanbaru.
Di media sosial, linimasa dipenuhi foto dan kenangan tentang Syukur.
Banyak yang menulis betapa ia adalah sosok yang bekerja dalam diam namun memberi dampak besar bagi pembaca.
Suasana haru menyelimuti rumah duka di Bangkinang. Sejumlah jurnalis dari berbagai media di Pekanbaru datang memberi penghormatan terakhir.
Doa dan air mata mengiringi kepergian sang jurnalis muda yang dicintai banyak kalangan itu.
“Kami semua sangat kehilangan. Tapi kami percaya, Syukur sudah tenang di sisi-Nya. Kami akan terus melanjutkan semangat dan integritas yang selama ini dia tunjukkan dalam profesi kami,” ujar Santi salah satu rekan almarhum.
Kepergian Muhammad Syukur meninggalkan duka mendalam, namun juga warisan semangat tentang arti menjadi jurnalis sejati bekerja dengan hati, menulis dengan nurani, dan berjuang untuk kebenaran.
Selamat jalan, Muhammad Syukur.
Karyamu tak akan pernah hilang, dan inspirasimu akan terus hidup di setiap berita yang memperjuangkan kemanusiaan.




